Pemimpin Palestina mengatakan kepada diplomat tinggi AS menyusul perintah Israel untuk mengevakuasi warga sipil Gaza akan mengarah pada ‘Nakba kedua’.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan kepada Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bahwa dia “menolak pemindahan paksa” warga Palestina dari Gaza, menyusul perintah Israel agar semua warga sipil di wilayah kantong tersebut pindah ke selatan.

Abbas mengatakan pada pertemuan hari Jumat di ibu kota Yordania, Amman, bahwa kejadian seperti itu akan menjadi “Nakba kedua”, mengacu pada pengungsian massal warga Palestina dalam perang tahun 1948 seputar pembentukan Israel, kantor berita resmi Palestina WAFA melaporkan.

Dia juga mengatakan bahwa koridor kemanusiaan harus segera diizinkan di daerah kantong pantai yang diblokade untuk mencegah bencana kemanusiaan, kata laporan itu.

Editor diplomatik Al Jazeera James Bays mengatakan Blinken berada di Yordania untuk bernegosiasi, bukan untuk meminta penghentian permusuhan.

“Blinken diperkirakan juga akan melakukan perjalanan ke Qatar, Arab Saudi, UEA, dan Mesir untuk membuat kemajuan dalam pembebasan tawanan Amerika yang ditahan oleh Hamas dan merundingkan jalan keluar yang aman bagi 500 hingga 600 warga negara AS atau warga negara ganda yang saat ini berada di Gaza,” katanya. .

“Kunjungan diplomatik ini juga bertujuan untuk menghindari eskalasi perang regional. Namun bukan penghentian permusuhan. Dia tidak mengatakan Israel harus menghentikan agresi di Gaza,” tambah Bays.

Sebelumnya pada hari Jumat, Blinken bertemu dengan Raja Yordania Abdullah II yang juga menyerukan “pembukaan koridor kemanusiaan untuk memungkinkan masuknya bantuan medis dan bantuan darurat ke Gaza, dan melindungi warga sipil serta menghentikan eskalasi dan perang di Gaza”, sebuah pernyataan dari kerajaan. kata pengadilan.

Sementara itu, ribuan orang berkumpul di Amman pada hari Jumat untuk melakukan demonstrasi mendukung rakyat Palestina.

Lebih dari 10.000 orang berkumpul di pusat kota dekat Masjid Agung Husseini.

Mereka membentangkan spanduk bertuliskan: “Pawai kemenangan akan terus berlanjut, solidaritas dengan Palestina” dan “Berdiri bersama Palestina, Palestina yang Membebaskan”.

Ada banyak polisi yang hadir di daerah itu, menurut kantor berita AFP.

Para saksi mata mengatakan polisi menembakkan gas air mata untuk menghentikan sekitar 500 demonstran yang mencapai pos pemeriksaan keamanan di luar Amman di jalan raya menuju perbatasan utama dengan Israel.

Yordania khawatir bahwa perluasan kekerasan regional akibat perang Israel-Hamas dapat berdampak buruk mengingat sebagian besar penduduknya adalah warga Palestina.

Israel berada di tengah perang untuk “menghancurkan” Hamas, kelompok bersenjata yang menguasai Jalur Gaza, setelah pejuang Palestina menyerbu perbatasan selatannya pada akhir pekan dan menewaskan lebih dari 1.300 orang.

Israel sejak itu terus menggempur sasaran Hamas di Jalur Gaza, yang menewaskan 1.537 orang.

Militer Israel mengatakan telah menjatuhkan 6.000 bom di Jalur Gaza sejak 7 Oktober, hampir menyamai jumlah bom yang digunakan AS di Afghanistan dalam satu tahun.

Afghanistan hampir 1.800 kali lebih besar dari daerah kantong yang terkepung.

Sumber

Previous articlePolandia yang sangat terpolarisasi menjelang pemilu: Panduan sederhana Anda dalam memilih
Next articlePenggemar Celtic menjanjikan ‘dukungan tegas’ untuk Palestina meski mendapat reaksi keras
Freelance journalist covering Indonesia and Timor-Leste. Bylines in the South China Morning Post, Nikkei Asia, The Telegraph and other outlets. Past TV work for ABC News US, Al Jazeera English and TRT World. Previously reported out of Taiwan.