Setidaknya satu orang dilaporkan tewas dan hampir 100 orang terluka setelah gempa berkekuatan 6,3 skala Richter melanda provinsi Herat.
Provinsi Herat di Afghanistan bagian barat dilanda gempa berkekuatan 6,3 SR – gempa ketiga sejak gempa kuat yang menewaskan lebih dari 2.000 orang pada 8 Oktober.
Survei Geologi Amerika Serikat mengatakan gempa terjadi tepat setelah pukul 8 pagi (03:30 GMT) dengan pusat gempa 33 km (21 mil) barat laut kota Herat, ibu kota provinsi barat.
Gempa susulan berkekuatan signifikan 5,5 SR terjadi 20 menit kemudian, katanya.
Cakupan keseluruhan dampaknya masih belum jelas, namun kantor berita AFP mengutip Abdul Qadeem Mohammadi, kepala dokter di Rumah Sakit Daerah Herat, yang mengatakan bahwa “sejauh ini telah tercatat 93 orang terluka dan satu orang meninggal”.
Gempa bumi berkekuatan 6,3 skala Richter lainnya terjadi sekitar 40 km (25 mil) barat laut Herat delapan hari lalu, dan diikuti beberapa gempa susulan besar dengan kekuatan lebih kecil.
Gempa bumi tersebut terbukti menghancurkan, meratakan sejumlah besar rumah di pedesaan dan menewaskan 2.053 orang, menurut pejabat Taliban.
Daerah yang sama kembali mengalami gempa besar beberapa hari setelahnya, namun hanya menyebabkan satu orang tewas karena banyak warga yang mulai tidur di luar karena takut akan terjadi gempa susulan.
Laporan menunjukkan banyak warga di wilayah tersebut masih tidur di luar saat gempa terjadi hari Minggu, karena khawatir rumah mereka akan runtuh dan membuat mereka terperangkap di bawah reruntuhan.
Badai debu terjadi setelah gempa, yang memperburuk situasi dan merusak tenda-tenda tempat para penyintas tinggal.
“Warga Herat panik dan takut,” kata Hamid Nizami, penjaga toko berusia 27 tahun, kepada AFP. “Untunglah kejadian ini terjadi pada siang hari, orang-orang dalam keadaan terjaga.”
“Banyak warga negara kita tidak punya tempat tinggal dan malam semakin dingin.”
Ketika ribuan orang masih tinggal di sekitar reruntuhan rumah tempat seluruh keluarga musnah dalam sekejap minggu lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan hampir 20.000 orang terkena dampak serangkaian bencana, dengan perempuan dan anak-anak menjadi korban terbesar. korban jiwa.
Otoritas Taliban, yang merebut kekuasaan pada Agustus 2021 setelah penarikan pasukan AS, kesulitan memberikan bantuan karena negara tersebut sudah menghadapi tantangan kemanusiaan, dan tidak memiliki hubungan yang kuat dengan organisasi bantuan internasional.
Banyak relawan yang harus menggali korban selamat dan jenazah hanya dengan tangan kosong setelah gempa bumi minggu lalu.
Belum ada negara yang secara resmi mengakui Taliban sebagai pemerintah di Afghanistan, dan krisis kemanusiaan di negara tersebut semakin parah setelah banyak negara menarik bantuan asing.