Kamp di dekat perbatasan Tiongkok menampung ribuan orang yang mengungsi akibat konflik selama beberapa dekade.
Lusinan orang, termasuk anak-anak, tewas dan terluka dalam serangan militer di sebuah kamp pengungsi internal di Myanmar utara dekat perbatasan dengan Tiongkok.
Media lokal melaporkan bahwa kamp tersebut, dekat kota Laiza di negara bagian Kachin, diserang pada Senin malam.
Kamp tersebut berjarak beberapa kilometer dari markas besar Tentara Kemerdekaan Kachin, yang terlibat dalam konflik selama puluhan tahun dengan militer Myanmar.
Sedikitnya 32 orang tewas, termasuk 13 anak-anak, lapor kantor berita Khit Thit. Grup Berita Kachin mengatakan lebih dari 30 orang tewas dalam serangan itu. Seorang bayi berusia tiga bulan termasuk di antara korban tewas, menurut Myitkyina News Journal.
Foto-foto di media sosial menunjukkan tim penyelamat mengambil jenazah di tengah kegelapan dan tumpukan bambu serta puing-puing lainnya.
Menulis di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, Aung Myo Min, menteri hak asasi manusia dari Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), mengutuk serangan itu sebagai “kejahatan perang”. Dia mengatakan sekitar 56 orang terluka. NUG didirikan oleh politisi yang terpilih secara demokratis yang dicopot dari jabatannya melalui kudeta.
Kolonel KIA Naw Bu mengatakan kelompok bersenjata itu sedang menyelidiki jenis serangan apa yang melanda kamp tersebut.
“Kami tidak mendengar suara pesawat apa pun,” katanya kepada kantor berita AFP, dan mengatakan mereka sedang menyelidiki apakah militer telah menggunakan pesawat tak berawak dalam serangan itu.
Myanmar terjerumus ke dalam krisis pada Februari 2021 setelah militer merebut kekuasaan melalui kudeta yang memicu pemberontakan luas terhadap pemerintahannya. Kekerasan telah melanda sebagian besar negara berpenduduk 53 juta orang dan militer dituduh melakukan serangan udara, penembakan artileri, dan pembakaran tanpa pandang bulu yang memaksa ratusan ribu orang meninggalkan rumah mereka.
Pada bulan Oktober tahun lalu, serangan udara militer terhadap festival yang diselenggarakan KIA di Kachin menewaskan sedikitnya 60 orang.
Perwira dan tentara Kachin, musisi, pemilik bisnis pertambangan batu giok, dan warga sipil lainnya termasuk di antara korban tewas.