Menteri Pariwisata baru Thailand, Sorawong Thienthong, berencana untuk mulai mengumpulkan 300 baht (sekitar Rp750) sebagai pajak pariwisata, sebuah proposal yang ditunda oleh pemerintahan sebelumnya yang dipimpin Perdana Menteri Srettha Thavisin.

Menurut laporan Bangkok Post, menteri telah berjanji untuk meningkatkan pendapatan pariwisata setidaknya 3 triliun baht tahun ini.

“Saya yakin pemungutan retribusi pariwisata akan memberikan manfaat bagi industri pariwisata karena pendapatannya dapat digunakan untuk pengembangan infrastruktur dan objek wisata, serta menjamin keselamatan wisatawan,” kata Sorawong, sesuai laporan tersebut.

Pajak pariwisata yang disetujui kabinet pada tahun 2022 belum diberlakukan karena belum ada dukungan resmi dari Royal Gazette. Rencana untuk memberlakukannya lebih awal dilaporkan ditangguhkan karena adanya pandangan yang bertentangan dari sektor swasta.

Sorawong mengatakan kementerian membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengakses sistem sebelum melanjutkan. Belum ada konfirmasi dari kementerian apakah pengumpulan akan dimulai pada kuartal terakhir tahun ini.

Struktur biaya tetap sama sejak diusulkan lima tahun lalu, yaitu 300 baht (hampir Rp750) untuk penumpang pesawat, dan 150 baht (hampir Rp378) untuk pengunjung darat dan laut, menurut laporan tersebut.

Thailand menghasilkan pendapatan hampir $22,42 miliar dari wisatawan yang datang dari India, Cina, dan Malaysia, dengan India menjadi pasar terbesarnya, menurut laporan Reuters.

Siapa saja yang akan dikecualikan dari pajak pariwisata ini?

Ada kategori wisatawan tertentu yang tidak diharuskan membayar biaya:

3. Pemegang paspor diplomatik

4. Individu yang memiliki izin kerja

Tren global mengenakan pajak pada wisatawan

Sementara Thailand sedang berupaya menerapkan pajak pariwisata, kota-kota seperti Edinburgh, Barcelona, ​​Paris, dan Venesia mengenakan biaya serupa. Tarifnya bergantung pada lokasi dan jenis akomodasi.

Di Barcelona, ​​wisatawan membayar pajak regional dan biaya tambahan kota, yang dapat mencapai beberapa euro per malam, tergantung pada lokasi tempat menginap. Demikian pula di Paris, pajak wisatawan didasarkan pada jenis akomodasi dan peringkat bintangnya, sehingga penginapan mewah dikenakan pajak lebih banyak, menurut laporan tersebut.

Di destinasi populer di Austria, biayanya bisa sekitar 3,02 persen dari tagihan hotel per orang. Belgia mengikuti pola serupa, di mana pengunjung membayar pajak lebih banyak tergantung pada ukuran atau peringkat hotel atau kota tempat hotel itu berada.

Bhutan memiliki struktur biaya tinggi sebesar $100 per hari yang bertujuan untuk mendukung pariwisata berkelanjutan di negara tersebut, yang dimaksudkan untuk melestarikan warisan alam dan lingkungan negara tersebut melalui pembatasan jumlah pengunjung.

Sumber