Seorang petani dari desa Roina, Gulab Tangade, 69 tahun, telah melakukan ziarah suci Palkhi selama delapan tahun terakhir, setiap langkah diambil dengan keyakinan yang teguh. Gulab telah bekerja di ladang sejak kecil. Namun, tahun ini, doanya kepada Tuhan adalah agar hujan dan panen melimpah.

“Saya punya ladang tebu,” katanya. “Saya menanam benih dan awalnya sempat ada hujan. Tapi sekarang tidak ada apa-apa.”

Menjelaskan lebih lanjut tentang situasi buruknya, ia berkata, “Seluruh keluarga saya bergantung pada tanaman ini. Sekarang tanpa hujan, hanya 'Mauli' (Tuhan) kami yang tahu apa yang akan terjadi pada kami.”

Demikian pula Vasant Ambekar, 75, petani lain dari Solapur yang telah mengikuti Palkhi selama tiga tahun terakhir, memiliki perkebunan tebu dan jagung. Menguraikan kenyataan pahit musim ini, dia berkata, “Hujannya tidak banyak. Saya tidak mendapat penghasilan apa pun dari bertani dan saya tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan.”

Meskipun ada tantangan-tantangan ini, iman tetap teguh. “Saat ini, kami berjalan menuju Tuhan kami dengan penuh pengabdian, Dia akan membimbing kami,” tambahnya.

Anant Surve, juga berusia 75 tahun, seorang petani dari Solapur, juga terkena dampak buruk dari minimnya hujan. “Ladang kami kering dan harapan kami semakin menipis,” katanya. “Tanaman kami adalah sumber penghidupan kami, dan tanpa air, kami tidak punya banyak harapan.” Namun, keyakinannya pada Wari tidak tergoyahkan. “Kami berjalan dengan penuh pengabdian, percaya bahwa doa kami akan menjadi kenyataan,” katanya.

Saat para petani ini melakukan perjalanan spiritual mereka, palkhi Sant Tukaram Maharaj telah berangkat dari kuil Vitthal di Akurdi menuju Pandharpur.

Ribuan warkari mengikuti prosesi sakral ini sambil meneriakkan 'Tukaram-Tukaram' dan bertepuk tangan mridanga. Suasana di Pimpri Chinchwad dipenuhi dengan pengabdian saat para palkhi beristirahat pertama kali di Koloni HA di Pimpri, lalu di Kasarwadi dan kemudian di Dapodi untuk makan siang, setelah itu prosesi dilanjutkan menuju Shivajinagar.

Selama upacara palkhi, para umat meneriakkan “Dnyanoba Mauli Tukaram” dengan irama tala-mridanga, ektari veena dan chipala. Para wanita mengambil bagian dengan sangat antusias sambil menggendong Tulsi Vrindavas di kepala mereka. Meskipun hujan turun sebentar, semangat para warkari tetap tidak tergoyahkan.

Bagi para petani taat ini, ibadah haji bukan sekedar perjalanan iman namun juga secercah harapan di tengah ketidakpastian perjuangan pertanian mereka. Pengabdian mereka yang tak tergoyahkan, bahkan saat menghadapi kesulitan, merupakan bukti semangat abadi dan kepercayaan mereka terhadap Mauli mereka.



Sumber