Upaya pembunuhan yang terjadi baru-baru ini Donald Trump di lapangan golfnya telah menimbulkan kekhawatiran serius tentang kekerasan politik di Amerika Serikat. Seiring dengan terungkapnya rincian, identifikasi tersangka kedua yang terlibat dalam upaya untuk merenggut nyawa Trump telah mengintensifkan perbincangan nasional tentang keselamatan tokoh masyarakat dan meningkatnya ancaman yang mereka hadapi.

Berikut ini informasi lebih lanjut tentang siapa yang menembak Donald Trump dan rincian seputar upaya pembunuhan kedua.

Siapakah yang mencoba membunuh Donald Trump di lapangan golfnya?

Pihak berwenang menangkap Ryan Wesley Routh yang berusia 58 tahun pada tanggal 15 September 2024, karena diduga berusaha membunuh Donald Trump di lapangan golf miliknya di West Palm Beach.

Agen Dinas Rahasia menangkap Routh setelah melihat laras senapannya di semak-semak yang berjejer di lapangan golf. Saat itu, Trump berada sekitar 300 hingga 500 yard darinya. Para agen dengan cepat memindahkannya ke tempat yang aman, memastikan dia tidak terluka selama insiden tersebut. (via Bahasa Indonesia: BBC)

Routh, yang memiliki catatan kriminal panjang terkait pelanggaran senjata api, melarikan diri dari tempat kejadian setelah agen Dinas Rahasia melepaskan beberapa tembakan. Ia meninggalkan senapan, dua tas, teropong, dan kamera GoPro. Penegak hukum kemudian menangkapnya di jalan raya I-95, 38 mil di utara lapangan golf. (via Berita CNN)

Routh didakwa atas kepemilikan senjata api sebagai penjahat yang dihukum dan dengan nomor seri yang dihapus. Pihak berwenang sedang menyelidiki motifnya dan kemungkinan adanya hubungan konspirasi. Upaya pembunuhan ini menandai insiden kedua yang menargetkan Trump dalam dua bulan, setelah penembakan di sebuah rapat umum Pennsylvania yang membuatnya terluka. Peristiwa tersebut telah meningkatkan pengawasan terhadap keamanan Trump saat ia berkampanye untuk pemilihan presiden 2024.

Trump dan sekutunya menyalahkan iklim politik atas serangan itu, dengan menyebut retorika lawan sebagai katalisator meningkatnya kekerasan. FBI memimpin penyelidikan, yang dapat menyebabkan dakwaan tambahan tergantung pada bukti yang dikumpulkan.

Kasus ini menyoroti ancaman kekerasan politik yang terus berlanjut di Amerika Serikat. Kasus ini menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan tokoh politik dan stabilitas siklus pemilihan umum mendatang. Trump telah meyakinkan para pendukungnya bahwa ia aman dan tidak terluka. Sementara itu, para pejabat terus menyelidiki semua aspek insiden tersebut.

Sumber