Serangan Israel di Gaza selatan telah menewaskan sedikitnya lima warga Palestina dan melukai puluhan lainnya, kantor berita Palestina Wafa melaporkan.

Serangan hari Senin di Rafah dan Khan Younis telah melukai sedikitnya 30 orang, kata Wafa.

Para korban telah dibawa ke Kompleks Medis Nasser, namun pemadaman listrik di sana dapat mempersulit korban luka untuk mendapatkan perawatan, menurut laporan tersebut.

Para pejabat Palestina mengatakan 40 jenazah tiba di rumah sakit dalam 24 jam terakhir, menjadikan jumlah total orang yang tewas di Gaza sejak 7 Oktober menjadi 37.124 orang dan lebih dari 84.700 orang terluka. Ribuan orang lainnya yang tewas diyakini terkubur di bawah reruntuhan di daerah kantong yang hancur tersebut.

Di Rafah, kota di tepi selatan Gaza tempat Israel melancarkan serangan darat bulan lalu, warga mengatakan pada hari Senin bahwa tank-tank telah bergerak lebih jauh ke arah utara pada dini hari. Mereka berada di pinggir Shaboura, salah satu lingkungan terpadat di jantung kota.

Sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, mengklaim serangan terhadap pasukan Israel di sana, dan mengatakan para pejuangnya “membunuh dan melukai” tentara.

Dalam sebuah pernyataan di Telegram, Brigade Qassam mengatakan para pejuangnya meledakkan bahan peledak di sebuah rumah jebakan ketika pasukan Israel berada di dalamnya.

“Segera setelah kedatangan pasukan penyelamat, kami [fighters] menghancurkan sekitar rumah yang diledakkan dengan mortir,” tambahnya.

Sekitar setengah dari 2,3 juta penduduk Jalur Gaza berlindung di Rafah sebelum serangan bulan lalu. Menurut PBB, satu juta orang telah meninggalkan daerah tersebut.

Israel pekan lalu melancarkan serangan besar-besaran di Gaza tengah di sekitar kota kecil Deir el-Balah, pusat populasi terakhir yang belum diserbu. Pada hari Senin, penduduk mengatakan Israel telah mundur dari beberapa daerah di sana tetapi terus melancarkan serangan udara dan penembakan.

Warga di kamp pengungsi Nuseirat di utara Deir el-Balah masih membersihkan puing-puing setelah Israel membebaskan empat tawanan dalam serangan besar di sana pada hari Sabtu. Pejabat Palestina mengatakan 274 orang tewas dalam serangan tersebut, menjadikannya salah satu serangan paling mematikan dari serangan yang sedang berlangsung.

Dalam video yang diperoleh kantor berita Reuters dari Nuseirat, warga Anas Alyan, yang berdiri di luar reruntuhan rumahnya, menggambarkan bagaimana tentara Israel yang mengenakan celana pendek muncul di jalan-jalan, menembak dengan liar sementara F-16 dan quadcopter menembak dari udara.

“Siapa pun yang bergerak di jalan dibunuh. Siapa pun yang bergerak atau berjalan langsung dibunuh,” katanya.

“Masih ada anak-anak di bawah gedung ini. Kami tidak tahu bagaimana cara mengeluarkannya,” katanya sambil menunjuk ke salah satu reruntuhan. “Hari ini, kami menemukan anak-anak menjadi martir di gedung itu,” katanya sambil menunjuk gedung lain.

Rumah sakit di Gaza, yang lumpuh akibat serangan dan blokade Israel selama berbulan-bulan, telah meminta bantuan ketika mereka kesulitan merawat pasien.

Hind Khoudary dari Al Jazeera, melaporkan dari Rumah Sakit Martir Al-Aqsa Deir el-Balah, mengatakan unit gawat darurat tambahan telah dibuka untuk menangani gelombang besar pasien yang terluka setelah penggerebekan hari Sabtu.

Rumah sakit tersebut, yang hanya menggunakan satu generator, masih dibanjiri pasien yang sakit dan terluka dan melakukan operasi “setiap jam”, katanya.

Kehancuran yang 'tak terlukiskan'

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan lebih dari separuh bangunan di Jalur Gaza telah dihancurkan oleh serangan Israel sejak dimulainya perang pada 7 Oktober.

“Kehancuran di Gaza tidak dapat digambarkan,” katanya di X, mengutip data dari Pusat Satelit PBB.

“Membersihkan puing-puing akan memakan waktu bertahun-tahun. Penyembuhan trauma psikologis akibat perang ini akan memakan waktu lebih lama lagi,” tambah UNRWA seraya menyerukan gencatan senjata.

“Penderitaan ini harus diakhiri,” katanya.

Sementara itu, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan Israel terus menutup perbatasan penting Gaza, Rafah, dan Mesir, “di tengah tingkat kelaparan akut yang akan terjadi di Jalur Gaza”.

“Penegakan hukuman kolektif terhadap penduduk Palestina di Gaza tidak hanya semakin memperburuk situasi kemanusiaan di Jalur Gaza, namun juga merupakan pelanggaran langsung terhadap Perintah May tentang Tindakan Sementara dari Mahkamah Internasional dan hukum kemanusiaan internasional,” badan amal medis tersebut berkata pada X.

Khoudary mengatakan aliran bantuan ke Gaza masih langka dan banyak orang kini “hanya makan satu kali sehari”.

“Hal ini tidak hanya terjadi di wilayah selatan tetapi juga di wilayah utara” Gaza, kata Khoudary, seraya menambahkan bahwa pasar-pasar sebagian besar kosong dan makanan yang tersedia sulit untuk dibeli oleh kebanyakan orang.

Program Pangan Dunia PBB mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah menghentikan pengiriman bantuan Gaza melalui dermaga yang dibangun AS karena masalah keamanan.

Kantor Media Pemerintah Gaza mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa warga Palestina di Gaza belum “mendapatkan manfaat” dari dermaga terapung tersebut. Dikatakan bahwa dermaga tersebut tidak membantu meringankan penderitaan keluarga atau memperbaiki situasi kemanusiaan yang mengerikan di sana.

Sejak pemasangannya sekitar satu setengah bulan yang lalu, kantor media mengatakan, hanya “jumlah yang sangat terbatas” yaitu 120 truk bantuan yang datang.



Sumber