Setidaknya 67 orang tewas dalam serangan udara di kota Rafah yang padat penduduk, menurut pernyataan dari Kementerian Kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.

Serangan dini hari pada hari Senin menghantam 14 rumah dan tiga masjid di berbagai bagian kota di selatan daerah kantong tersebut, pemerintah Hamas melaporkan.

Militer Israel mengatakan pihaknya “melakukan serangkaian serangan terhadap sasaran teror di wilayah Shaboura di Jalur Gaza selatan”.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada stasiun televisi Amerika ABC News bahwa operasi Rafah akan terus berlanjut sampai Hamas dilenyapkan, dan ia menambahkan bahwa ia akan memberikan “jalan yang aman” bagi warga sipil yang ingin meninggalkan wilayah tersebut.

Ketika didesak untuk menentukan ke mana mereka akan pergi, Netanyahu berkata: “Anda tahu, wilayah yang telah kami bersihkan di utara Rafah, banyak wilayah di sana. Namun, kami sedang menyusun rencana terperinci.”

Militer Israel mengumumkan pada Senin pagi bahwa dua orang telah diselamatkan di Rafah setelah hampir 130 hari disandera.

Dalam sebuah pernyataan, tentara mengidentifikasi keduanya sebagai Fernando Simon Marman dan Louis Har, mengatakan mereka “diculik oleh organisasi teroris Hamas pada tanggal 7 Oktober dari Kibbutz Nir Yitzhak”. Keduanya berada dalam “kondisi medis yang baik”, tambahnya.

Sekitar 1,4 juta warga Palestina memadati Rafah, banyak yang tinggal di tenda, sementara makanan, air dan obat-obatan menjadi semakin langka.

Situasi kemanusiaan yang genting di Rafah telah mendorong kelompok bantuan dan pemerintah asing, termasuk sekutu utama Israel, Amerika Serikat, untuk menyatakan keprihatinan mendalam atas potensi konsekuensi bencana dari perluasan operasi di Rafah.

Sumber