Ketika ketegangan regional meningkat, Iran memamerkan drone, rudal, dan tentara untuk menunjukkan bahwa mereka siap menerima tanggapan dari Israel setelah melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap musuh bebuyutannya.

Iran melakukan serangan langsung pertamanya terhadap Israel pada akhir pekan sebagai tanggapan atas serangan udara tanggal 1 April terhadap gedung konsulat kedutaan Iran di Suriah.

Serangan Iran “menurunkan kejayaan rezim Zionis [Israel]”, kata Presiden Ebrahim Raisi di pangkalan militer di pinggiran Teheran, Rabu.

“Operasi ini menunjukkan bahwa angkatan bersenjata kami siap,” katanya dalam pidato di hadapan tentara reguler dan Korps Garda Revolusi Islam pada Hari Tentara, yang merupakan hari libur nasional.

Parade hari Rabu menyaksikan angkatan bersenjata Iran memamerkan berbagai peralatan militer, termasuk drone dan rudal balistik jarak jauh.

Diantaranya adalah beberapa versi drone Ababil, Arash dan Mohajer serta rudal balistik jarak menengah Dezful dan sistem rudal pertahanan udara S-300.

Raisi menegaskan kembali peringatan terhadap “tindakan agresi sekecil apa pun” yang dilakukan Israel, dengan mengatakan hal itu akan menimbulkan “respon yang sengit dan parah”.

Israel mengatakan pihaknya akan menanggapi serangan akhir pekan itu dan juru bicara militer Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan Iran tidak akan bebas dari hukuman.

Tentara Israel mengatakan sebagian besar proyektil yang ditembakkan Iran ditembak jatuh dengan bantuan Amerika Serikat dan sekutu lainnya dan serangan itu hanya menyebabkan kerusakan minimal.

Iran memuji serangan itu sebagai “sukses” dan mengatakan pihaknya “mencapai semua tujuannya”, termasuk menimbulkan kerusakan pada pangkalan udara dan pusat intelijen yang dikatakan digunakan oleh Israel untuk melakukan serangan di Damaskus.

Pada hari Rabu, komandan angkatan udara Iran, Hamid Vahedi, memperingatkan musuh-musuh Iran agar tidak membuat “kesalahan strategis”.

“Kami 100 persen siap di semua lini udara,” katanya seperti dikutip kantor berita ISNA.

Dalam pidatonya, Raisi juga mengecam negara-negara yang “berusaha menormalisasi hubungan” dengan Israel.

“Negara-negara ini kini dipermalukan di depan rakyatnya sendiri, yang merupakan kegagalan strategis bagi rezim” Israel, katanya.

Pada tahun 2020, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko menormalisasi hubungan dengan Israel sebagai bagian dari Perjanjian Abraham yang ditengahi AS, yang dikritik keras oleh Palestina.

Mesir dan Yordania menandatangani perjanjian damai dengan Israel masing-masing pada tahun 1979 dan 1994.

Iran bersikeras bahwa serangannya terhadap Israel terbatas dan dilakukan sebagai “pertahanan diri” setelah serangan terhadap gedung konsulatnya.

Dikatakan bahwa pihaknya telah memberi tahu Amerika Serikat dan memberikan peringatan 72 jam kepada negara-negara tetangga sebelum serangan itu terjadi.

Sumber