Setidaknya satu penumpang di kapal yang membawa 185 pengungsi tewas, dan puluhan lainnya berada dalam 'kondisi kritis', UNHCR memperingatkan.

Ketakutan semakin meningkat terhadap sejumlah pengungsi Rohingya yang diyakini terdampar di laut di Samudera Hindia, setelah kapal yang mereka tumpangi dari Bangladesh mengalami kerusakan mesin.

Kelompok yang terdiri dari sekitar 185 orang Rohingya, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sangat membutuhkan penyelamatan setelah mengalami kesulitan di dekat Kepulauan Andaman dan Nikobar, kata Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) pada hari Sabtu.

Warga Rohingya melarikan diri dari kamp pengungsi yang penuh sesak di Bangladesh, tempat mereka berlindung setelah melarikan diri dari tanah air mereka di Myanmar. Lebih dari 750.000 warga Rohingya terpaksa meninggalkan Myanmar pada tahun 2017 setelah militer melancarkan tindakan keras terhadap minoritas Muslim, membakar rumah dan properti mereka. Amerika Serikat menuduh militer melakukan genosida terhadap masyarakat Rohingya, sementara kasus genosida terhadap Myanmar sedang diproses di pengadilan tinggi PBB.

Badan PBB tersebut mengatakan setidaknya satu penumpang kapal tersebut telah meninggal, dan belasan lainnya berada dalam “kondisi kritis”.

“Masih banyak lagi yang bisa meninggal di bawah pengawasan banyak negara pesisir jika tidak ada penyelamatan dan penurunan kapal yang tepat waktu ke tempat aman terdekat,” UNHCR memperingatkan. “Ini benar-benar situasi yang menyedihkan.”

Ribuan warga Rohingya yang mayoritas beragama Islam, yang mengalami penganiayaan berat di Myanmar, melakukan perjalanan laut yang berisiko dari negara mereka dan kamp pengungsi di Bangladesh setiap tahun untuk mencapai Malaysia atau Indonesia.

Lebih dari 2.000 warga Rohingya diyakini telah melakukan perjalanan berisiko ke negara-negara Asia Tenggara pada tahun 2022, menurut UNHCR.

Sejak tahun lalu, lebih dari 570 orang, termasuk pengungsi Rohingya, dilaporkan tewas atau hilang di laut di wilayah tersebut, katanya.

Mengenai orang-orang yang saat ini terkatung-katung, badan tersebut menekankan bahwa “tragedi yang lebih besar dapat dicegah dengan upaya yang tepat waktu untuk menyelamatkan nyawa”.

“Situasi ini sekali lagi menggarisbawahi pentingnya semua negara di kawasan ini mengerahkan seluruh kapasitas pencarian dan penyelamatan mereka untuk menghindari terjadinya bencana manusia pada skala ini.”

Sumber