Di tengah konflik bersenjata setelah kudeta tahun 2021, depresiasi mata uang Myanmar yang cepat mengganggu stabilitas perekonomian.

Otoritas militer Myanmar telah menangkap 11 orang, termasuk seorang eksekutif Jepang, karena menjual beras dengan harga lebih tinggi dari harga yang ditentukan.

Para pejabat mengatakan pada hari Senin bahwa para tahanan tersebut termasuk pedagang beras, penggilingan, dan pengecer. Dakwaan tersebut terkait dengan penjualan beras dengan harga hingga 70 persen lebih tinggi dari harga yang dianggap dapat diterima oleh pihak berwenang karena mereka berjuang melawan ketidakstabilan ekonomi yang parah di tengah konflik yang sedang berlangsung di negara tersebut.

Di antara para tahanan tersebut terdapat seorang eksekutif Jepang, yang penangkapannya telah menimbulkan ketegangan dengan Tokyo. Seorang direktur operator supermarket Aeon Orange, Hiroshi Kasamatsu ditahan menyusul penyelidikan terhadap pabrik beras dan supermarket, kata tim informasi pihak berwenang pada Minggu malam.

Dikatakan bahwa Kasamatsu dan tiga warga negara Myanmar diduga melakukan penimbunan harga “dengan tujuan menciptakan kekacauan ekonomi”.

Kekacauan

Negara Asia Tenggara yang miskin itu dilanda kekacauan sejak militer mengambil alih kekuasaan pada tahun 2021 setelah menggulingkan pemerintah sipil terpilih yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.

Tindakan ini memicu protes luas yang berubah menjadi kekerasan dan kemudian berubah menjadi perlawanan bersenjata secara nasional. Konflik tersebut telah memaksa lebih dari tiga juta orang meninggalkan rumah mereka, menurut PBB.

Pada awal Juni, Myanmar menangkap 35 orang dalam upaya menindak pedagang emas dan valuta asing, beserta agen yang menjual real estat asing, dengan tujuan menstabilkan mata uang yang terdepresiasi dengan cepat.

Namun, pedagang beras mengatakan ketidaksesuaian antara nilai tukar mata uang asing resmi dan nilai tukar pasar gelap menyebabkan masalah yang signifikan.

Konflik juga mengganggu penanaman, pemanenan dan pengangkutan beras, kata para analis.

Menurut para pedagang, hal itu telah membantu harga naik lebih dari dua kali lipat dalam beberapa bulan terakhir. Mereka mengklaim bahwa menjual pada harga yang disetujui secara resmi akan membuat mereka merugi.

Namun, media pemerintah menyalahkan fenomena cuaca El Nino dan penimbun pasar.

Yoshimasa Hayashi, kepala sekretaris kabinet Jepang, mengonfirmasi kepada wartawan bahwa polisi di ibu kota komersial Myanmar, Yangon, sedang memeriksa seorang warga negara Jepang.

“Pemerintah Jepang bermaksud untuk terus mengambil langkah-langkah yang tepat sambil mendesak pemerintah setempat untuk membebaskannya lebih awal,” katanya, seraya menambahkan bahwa pemerintah sedang menjalin kontak dengan majikan warga negara Jepang tersebut untuk menawarkan dukungan.

Sumber