Polisi mengevakuasi 64 jenazah setelah pecah pertempuran antara suku-suku yang bersaing di dataran tinggi utara Papua Nugini.

Setidaknya 64 orang tewas dalam kekerasan suku di dataran tinggi utara Papua Nugini, menurut laporan media, dan seorang petugas polisi menggambarkan pembunuhan tersebut sebagai “yang terbesar” dalam sejarah negara Pasifik tersebut.

Surat kabar Post-Courier, mengutip polisi setempat, mengatakan pembunuhan dimulai saat fajar pada hari Minggu di Distrik Wapenamanda di Provinsi Enga.

Mereka melibatkan suku Ambulin dan Sikin serta sekutunya, katanya.

Polisi mengatakan kepada Post-Courier bahwa mereka mengevakuasi sekitar 64 mayat dari pinggir jalan, padang rumput, dan perbukitan Wapenamanda pada Senin pagi.

Faksi-faksi yang bersaing menggunakan “senjata berkekuatan tinggi”, seperti senapan AK47 dan M4 dalam pertempuran tersebut, lapor surat kabar tersebut. Jumlah korban tewas diperkirakan akan meningkat, tambahnya.

Australian Broadcasting Corporation (ABC) mengatakan kekerasan tersebut melibatkan suku yang sama yang bertanggung jawab atas bentrokan yang menewaskan 60 orang di Provinsi Enga tahun lalu.

“Ini adalah yang terbesar sejauh ini [killing] Saya pernah melihatnya di Enga, mungkin juga di seluruh Dataran Tinggi, di Papua Nugini,” kata George Kakas, seorang perwira senior di kepolisian negara tersebut.

“Kami semua hancur, kami semua mengalami tekanan mental,” kata Kakas kepada ABC. “Sangat sulit untuk dipahami.”

Kantor berita AFP mengatakan polisi menerima video dan foto gamblang dari lokasi kejadian, yang menunjukkan mayat-mayat yang ditelanjangi dan berlumuran darah tergeletak di pinggir jalan dan ditumpuk di belakang truk bak terbuka.

Badan tersebut mengatakan militer telah mengerahkan sekitar 100 tentara ke wilayah tersebut namun dampaknya terbatas, karena pasukan keamanan masih kalah jumlah dan persenjataan.

Di ibu kota Port Moresby, penentang pemerintahan Perdana Menteri James Mara menyerukan tindakan cepat, termasuk pengerahan pasukan tambahan ke daerah tersebut.

“Kami menyerukan kepada pemerintah untuk segera mengetahui dari mana senjata dan peluru itu berasal untuk memicu kekerasan yang tidak masuk akal ini,” tambah mereka dalam sebuah pernyataan, menurut Post-Courier.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese juga menyatakan keprihatinannya.

“Itu sangat meresahkan berita yang keluar dari Papua Nugini,” katanya dalam wawancara radio pada hari Senin.

“Kami memberikan banyak dukungan, khususnya untuk pelatihan petugas polisi dan keamanan di Papua Nugini.”

Sumber