Maskapai penerbangan mengatakan mereka telah mengadopsi 'pendekatan yang lebih hati-hati' setelah insiden yang menewaskan satu orang dan melukai puluhan lainnya.

Singapore Airlines (SIA) telah mengubah peraturan sabuk pengamannya dan mengubah setidaknya satu rute penerbangan setelah turbulensi ekstrem menewaskan satu penumpang dan menyebabkan puluhan lainnya dirawat di rumah sakit.

Seorang pria Inggris berusia 73 tahun meninggal karena dugaan serangan jantung dan puluhan penumpang terluka pada hari Selasa ketika penerbangan mereka dari London ke Singapura diterpa turbulensi parah, sehingga memaksa pendaratan darurat di Bangkok.

Menyusul insiden tersebut, maskapai penerbangan Singapura telah mengadopsi “pendekatan yang lebih hati-hati dalam mengelola turbulensi dalam penerbangan” setelah insiden tersebut, SIA mengatakan kepada Al Jazeera dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.

Berdasarkan kebijakan yang direvisi, layanan makanan tidak lagi disediakan ketika tanda sabuk pengaman menyala, kata maskapai tersebut.

Awak kabin juga akan terus mengamankan semua barang dan perlengkapan yang lepas selama kondisi cuaca buruk dan terus mengimbau penumpang untuk kembali ke tempat duduknya dan mengamankan sabuk pengamannya.

“Pilot dan awak kabin sadar akan bahaya yang terkait dengan turbulensi. Mereka juga dilatih untuk membantu pelanggan dan memastikan keselamatan kabin selama penerbangan,” kata juru bicara SIA.

“SIA akan terus meninjau proses kami karena keselamatan penumpang dan awak kami adalah hal yang paling penting.”

Maskapai ini juga menghindari terbang di atas wilayah Myanmar di mana turbulensi tiba-tiba terjadi ketika melakukan perjalanan antara London dan Singapura, melainkan terbang di atas Teluk Benggala, menurut situs pelacakan penerbangan Flightradar24.

Dalam insiden hari Selasa, penumpang terbanting ke langit-langit pesawat dan barang-barang pribadi serta makanan terlempar ke sekitar kabin.

Empat puluh enam penumpang dan dua awak, termasuk warga negara Inggris, Australia, Malaysia dan Filipina, dirawat di rumah sakit di Bangkok hingga Kamis malam.

Adinun Kittiratanapaibool, direktur Rumah Sakit Samitivej Srinakarin Bangkok, mengatakan kepada wartawan bahwa lebih dari 20 orang di antaranya berada dalam perawatan intensif karena cedera tulang belakang, otak, dan tengkorak.

Sumber