Ratusan orang menuntut peningkatan standar kesehatan dan keselamatan setelah 18 orang tewas di pabrik pengolahan nikel.

Ratusan pekerja Indonesia memprotes standar keselamatan kerja yang lebih baik menyusul ledakan di pabrik pengolahan nikel yang didanai Tiongkok yang menewaskan 18 orang dan melukai puluhan lainnya.

Sekitar 300 pekerja bergabung dalam unjuk rasa pada hari Rabu, kata ketua serikat pekerja Serikat Pekerja Indonesia Sejahtera (SPIS), Katsaing, yang hanya menggunakan satu nama seperti kebanyakan orang Indonesia.

“Permintaan utama kami adalah agar perusahaan mematuhi undang-undang kesehatan dan keselamatan kerja,” katanya kepada kantor berita Reuters, sambil mengancam akan melakukan pemogokan jika tuntutan tersebut tidak dipenuhi dalam waktu tiga hari.

Ledakan di Kawasan Industri Morowali di Pulau Sulawesi terjadi pada Minggu pagi ketika para pekerja sedang melakukan perbaikan tungku. Sepuluh pekerja asal Indonesia dan delapan pekerja Tiongkok tewas.

Para pekerja yang melakukan protes memberikan daftar 23 tuntutan kepada manajemen, menurut surat yang dikirim ke polisi oleh serikat pekerja yang mewakili para pekerja.

Tuntutannya antara lain agar pabrik peleburan dipelihara dengan lebih baik, klinik kesehatan ditingkatkan untuk menghadapi keadaan darurat, dan pekerja Tiongkok diharuskan belajar bahasa Indonesia.

Sulawesi adalah pusat produksi nikel, logam dasar yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik dan baja tahan karat, dan meningkatnya investasi Tiongkok di sektor ini telah memicu keresahan mengenai gaji dan kondisi kerja.

'Biarkan dia menjadi korban terakhir'

Kebakaran hari Minggu terjadi di tungku peleburan nikel milik Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), salah satu unit Tsingshan Holding Group China.

Operasi pabrik peleburan tersebut telah dihentikan sementara polisi menyelidiki penyebab kebakaran, kata Dedy Kurniawan, juru bicara Kawasan Industri Morowali, tetapi pabrik lain di kompleks tersebut berjalan normal.

Kawasan industri, yang luasnya lebih dari 3.000 hektar (7.400 hektar), berfokus pada pemrosesan nikel, mempekerjakan 70.000 pekerja di puluhan perusahaan.

“Unjuk rasa ini tidak berdampak pada operasional karena ini adalah demonstrasi damai,” kata Dedy kepada Reuters, seraya menambahkan bahwa pejabat perusahaan sedang melakukan pembicaraan dengan perwakilan pekerja.

“Tidak ada produksi yang bernilai nyawa,” teriak para pengunjuk rasa melalui pengeras suara pada hari Rabu.

Perusahaan telah “melakukan apa yang mereka lakukan [the protesters] tuntutannya dua hari lalu,” kata Dedy kepada kantor berita AFP, tanpa merinci tuntutan mana yang dipenuhi. “Kami berharap demonstrasi ini tidak berlanjut setelah mereka mendengar penjelasan kami.”

An aerial view of Indonesia Morowali Industrial Park [File: Riza Salman/AFP]

Di antara mereka yang tewas dalam ledakan hari Minggu itu adalah Muhammad Taufik, seorang tukang las berusia 40 tahun yang meninggalkan seorang istri dan dua anak.

“Keluarganya berduka, dialah pencari nafkah,” kata sepupu Taufik, Parlin Hidayat, kepada AFP, seraya menambahkan bahwa ITSS telah memberikan kompensasi kepada keluarga sebesar 600 juta rupiah ($30,625) setelah kecelakaan itu.

“Mereka berharap kedepannya tidak ada lagi kejadian seperti ini, biarlah dia menjadi korban terakhir.”

Tiga puluh orang masih dirawat di rumah sakit karena luka-luka mereka setelah ledakan, menurut polisi.

Kementerian Tenaga Kerja Indonesia akan memperkuat undang-undang keselamatan kerja, janji Wakil Menteri Afriansyah Noor.

Indonesia telah melarang ekspor bijih nikel yang belum diolah sebagai upaya untuk meningkatkan peleburan dan pengolahan dalam negeri, namun sektor ini telah mengalami beberapa insiden fatal dalam beberapa tahun terakhir.

Sumber