Para pejabat Rusia mengatakan pesawat itu jatuh di wilayah selatan Stavropol karena kerusakan teknis.

Angkatan udara Ukraina mengatakan pihaknya menembak jatuh sebuah pembom strategis Rusia dengan rudal antipesawat untuk pertama kalinya sejak perang dimulai pada tahun 2022.

Pesawat tempur itu jatuh di wilayah udara Rusia, 300 km (186 mil) dari perbatasan Ukraina, pada hari Jumat setelah mengambil bagian dalam serangan udara jarak jauh yang menewaskan sedikitnya sembilan orang di wilayah tengah Dnipropetrovsk.

Kementerian Pertahanan mengatakan pesawat itu kembali ke pangkalannya di Rusia setelah menembakkan rudal ke Ukraina semalam.

“Untuk pertama kalinya, unit rudal antipesawat angkatan udara, bekerja sama dengan intelijen pertahanan Ukraina, menghancurkan pembom strategis jarak jauh Tu-22M3,” kata militer Ukraina dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.

Rusia biasanya menggunakan pembom tersebut untuk menembakkan rudal jelajah ke sasaran Ukraina dari dalam wilayah udaranya sendiri.

Tu-22M3 Angkatan Udara Rusia [File: Russian Defense Ministry Press Service via AP]

Para pejabat Rusia membantah serangan Ukraina dan mengatakan pesawat itu jatuh di wilayah selatan Stavropol karena kerusakan teknis.

“Sebuah pesawat Tu-22M3 angkatan bersenjata Rusia jatuh di wilayah Stavropol saat kembali ke pangkalan udaranya setelah melakukan misi tempur. Pilotnya melontarkan diri,” kantor berita TASS yang dikelola pemerintah mengutip pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia.

Berdasarkan data awal, penyebab kecelakaan itu adalah kerusakan teknis, tambahnya.

Gubernur Stavropol Vladimir Vladimirov mengatakan melalui Telegram bahwa satu dari empat awak kapal tewas dalam insiden tersebut, dan dua lainnya dibawa ke rumah sakit. Ia menambahkan, pencarian anggota keempat terus dilakukan.

Dilaporkan dari ibu kota Ukraina, Kyiv, Charles Stratford dari Al Jazeera mengatakan Ukraina menyerang para pembom ini pada Agustus tahun lalu, namun mereka tetap berada di darat.

“Tidak mungkin untuk memverifikasi hal ini secara independen, namun ini merupakan indikasi bahwa Ukraina, meskipun mereka menuntut pertahanan udara yang lebih baik, masih memiliki kemampuan untuk menjatuhkan jet, pembom, dan rudal dari jarak yang cukup jauh,” katanya. .

Serangan rudal Rusia di Dnipro
Sebuah mobil hancur di lokasi serangan rudal Rusia, di Dnipro, Ukraina [Mykola Synelnykov/Reuters]

Serangan Rusia menewaskan sedikitnya sembilan orang di kota timur Dnipro dan wilayah sekitarnya serta melukai sedikitnya 28 lainnya.

Serangan tersebut merusak bangunan tempat tinggal dan stasiun kereta api utama.

“Seorang anak yang terluka parah akibat serangan besar-besaran musuh di wilayah Dnipropetrovsk hari ini meninggal di rumah sakit. Jumlah korban tewas kini meningkat menjadi sembilan, termasuk tiga anak-anak,” kata Kantor Kejaksaan Agung Ukraina dalam sebuah pernyataan di Telegram pada hari Jumat.

Menteri Dalam Negeri Ihor Klymenko mengatakan dalam postingan Telegram terpisah bahwa jumlah korban diperkirakan akan bertambah seiring pembersihan puing-puing dari bangunan yang rusak.

Gubernur wilayah tersebut, Serhiy Lysak, mengatakan kepada TV Ukraina bahwa pertahanan udara menembak jatuh 11 dari 16 rudal dan sembilan dari 10 drone yang menyerang wilayah tersebut.

Setelah serangan tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengulangi seruan mendesaknya kepada sekutu Barat negaranya untuk memasok sistem pertahanan udara kepada mereka.

“Setiap negara yang menyediakan sistem pertahanan udara ke Ukraina, setiap pemimpin yang membantu meyakinkan mitra kami bahwa sistem pertahanan udara tidak boleh disimpan di gudang tetapi dikerahkan di kota-kota dan komunitas nyata yang menghadapi teror, dan setiap orang yang mendukung pertahanan kami adalah penyelamat,” kata Zelenskyy di media sosial.

Pada hari Kamis, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan kepada wartawan bahwa aliansi tersebut juga berupaya untuk mengirim lebih banyak sistem pertahanan udara ke Ukraina sesegera mungkin.

“Kami sedang mengupayakan kemungkinan itu [dispatching] lebih banyak baterai Patriot ke Ukraina. Kami sedang berdialog dengan beberapa negara tertentu,” katanya.

Amerika Serikat, salah satu pemasok bantuan militer terbesar bagi Ukraina, diperkirakan akan melakukan pemungutan suara mengenai paket bantuan senilai $61 miliar yang telah lama terhenti pada akhir pekan ini.



Sumber