Abdoulaye Bathily mengatakan 'kurangnya kemauan politik dan itikad baik' di pihak para pemimpin Libya membuat upaya pemerintahan PBB di Libya menjadi sia-sia.

Utusan khusus PBB untuk Libya mengatakan dia mengundurkan diri karena badan dunia tersebut tidak berhasil mendukung transisi politik di negara tersebut ketika para pemimpinnya lebih mementingkan kepentingan mereka sendiri daripada mencari solusi.

“Saya mengajukan pengunduran diri saya kepada Sekretaris Jenderal,” kata diplomat Senegal Abdoulaye Bathily kepada wartawan pada hari Selasa setelah memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan mengenai situasi di negara Afrika Utara tersebut.

Misi dukungan PBB di Libya (UNSMIL) “melakukan banyak upaya di bawah kepemimpinan saya selama 18 bulan terakhir”, namun situasinya semakin memburuk, kata Bathily, mengutuk “kurangnya kemauan politik dan itikad baik” para pemimpin Libya.

“Dalam keadaan seperti ini, tidak mungkin PBB dapat beroperasi dengan sukses,” tutupnya. “Tidak ada ruang untuk solusi di masa depan.”

Bathily juga mengumumkan penundaan konferensi rekonsiliasi nasional, yang semula dijadwalkan pada 28 April. Tanggal barunya belum ditentukan.

Libya masih terpecah oleh konflik dan perang saudara lebih dari satu dekade setelah penggulingan penguasa lama Muammar Gaddafi yang didukung NATO pada tahun 2011. Negara ini terpecah antara pemerintahan yang diakui PBB yang berbasis di Tripoli dan pemerintahan saingannya di wilayah timur negara itu.

Meskipun negara kaya minyak ini sudah relatif tenang dalam empat tahun terakhir, bentrokan antar kelompok bersenjata sering terjadi.

“Tekad egois para pemimpin saat ini untuk mempertahankan status quo melalui penundaan taktik dan manuver yang merugikan rakyat Libya harus dihentikan,” kata Bathily.

Bathily diangkat ke posisinya pada September 2022, setelah pendahulunya Jan Kubis mengundurkan diri secara tiba-tiba pada November tahun sebelumnya.

Kubis, dari Slovakia, mengundurkan diri kurang dari setahun setelah menjabat, tanpa memberikan alasan pasti atas keputusannya.

Warga Libya belum pernah memilih dalam pemilu presiden atau parlemen sejak tahun 2014, ketika pemilu yang diperebutkan menyebabkan pemerintahan terpecah.

Pemilu telah ditunda beberapa kali karena pihak berwenang yang bersaing tidak setuju mengenai amandemen peraturan konstitusi.

UNSMIL ditunjuk oleh Dewan Keamanan PBB pada tahun 2011 sebagai misi politik untuk membantu memfasilitasi proses politik milik Libya yang akan menghasilkan pemilihan nasional dan parlemen.

Sumber